masihkah?

kekasihku,
walau sebetulnya ku enggan mengakui, tetapi ku harus berani menerima bahwa
akhirnya kita berdua telah sampai pada suatu linimasa,
periode yang telah lama kita ketahui akan menghampiri.

namun sebelum itu semua pupus dan musnah, tolong jawablah
apakah jari-jemarimu masih selembut beludru mengelus pipiku?
apakah tuturmu masih sehangat dulu, memintaku untuk beristirahat dan meminum teh manis hangat saat ku demam, seraya mengecup dahi dan membelai kepalaku?

kebetulan memang dulu kita pernah berdiri tegak bersama, berdampingan, di tepi tebing itu. tak mengindahkan angin kencang yang kerap mendera tubuh kita dengan berjuta nyeri.
tak ayal, kita pun pernah terduduk tenang, menikmati pancaran hangat mentari dan saling menyemburkan energi penuh keindahan milik kita masing-masimg agar melebur, meleleh dan melumuri keluguan kita dengan selaksa rasa.
pahit namun indah, dan tentu saja, tak pernah kusesali. semesta kita yang dulu itu masih tersimpan rapat. tempat terindah yang pernah ku sambangi.

kebetulan memang dulu kita tak perlu banyak bicara. desah lembut nafas kita yang tekadang mengadu dan memburu, serta detak degup jantung kita yang berdenyut berirama mampu ungkapkan semua yang tidak dapat dituturkan lewat bahasa mana pun. keringat kita  bersinergi mengejawantah menjadi sekelumit asa berbungkus canda ria yang serta merta membuai kealfaan dan kesilapan kita.

namun di atas segalanya itu, ku masih ingin menanyakan, masihkah?
semuram apa pun telah kau buat hari-hariku sekarang, ku tak pernah mau melepas mimpi dan harapan kita dulu. ia masih enggan beranjak dari pelukanku yang dalam dan sakit, di bawah langit biru yang sama, di atas tanah coklat yang sama, yang kita bagi bersama di semesta indah kita, somewhere only we know.

2 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Rindu Kejam

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Followers


Recent Comments