belum jelas warnamu

Satu masa telah lewat, paling tidak itulah yang terus ditanamkan si kera dalam batinnya.

tiba pada suatu waktu yang membuat kera harus meredefinisi makna hidup.
nayang magenta masih sekali dua kali menggelayut erat di pelupuk matanya. masih pula indah entah karena apa.

sapa hangat dan jahil ujaran yang prapti pada pagi itu seolah membuka singkap batin kera yang sudah terlanjur memagenta
apa lagi ini, Tuhan? tanyanya pada Sang Maha Hidup

songkok bahagia yang kupakai setiap waktu ini pasti akan terkulai menyerah pada akhirnya.
perlukah kubuat songkok baru?
jika pun harus membelinya, di tempat macam apa bisa kutemukannya?
tanya demi tanya meenyeruak dari dalam kepalanya

puntir.
bukan. pelintir. ujar si sapa jahil

mau kutitipkan salammu untuk stupamu itu? tanyanya usil

tua juga rupanya dirimu, kera! demikian seloroh yang kerap keluar dari binirnya

diskusi ringan hingga berat mulai diwacanakan si kera pada si jahil
dengan berat hati si kera lagi lagi harus mengakui bahwa ia mulai bermain di domain yang amat membuai rasa
belum jelas warna warninya, memang

satu hal yang pasti,
Inestimable. That's what you are


posted under | 0 Comments

From Zero to Hero

Konon, bangsa Mesir Kuno percaya bahwa sebelum memasuki pintu Surga, setiap mereka akan diberi dua pertanyaan, “Sudahkah menemukan kebahagian dalam hidup?” dan “Apakah hidupmu membawa kebahagian untuk sekitarmu?”
Pertanyaan pertama mungkin bisa dijawab dengan mudah melalui serentetan kejadian hidup yang jika dituliskan bias melebihi jarak Jakarta-Depok, misalnya. Tetapi menjawab pertanyaan kedua, setidaknya bagi saya dan mungkin sebagian besar manusia, bukkanlah perkara semudah menghitung jemari tangan dan kaki.

Kebahagian untuk sekitar, cakupannya cukup luas, bukan? Seluas-luasnya lima benua, jika kita punya niat dan usaha, pasti akan tereksplorasi dengan mudah dan tak ayal menyenangkan. Percaya atau tidak, itu yang saya rasakan.
Memberi makan dan mencukupi kebutuhan tujuh anak kaki empat di rumah saya, contohnya. Kerugian materi? Lebih dari cukup. Kelelahan fisik dan emosionil? Jangan ditanya. Tapi itu semua tidak terasa berat karena yang saya berikan untuk mereka belumlah cukup untuk menggantikan semua yang telah mereka berikan buat saya. Sebagian teman, kerabat, bahkan keluarga menganggap bahwa “memelihara” tujuh anak kaki empat tersebut merupakan keputusan terbodoh yang pernah saya buat dalam hidup. Seperti yang selama ini saya lakukan sampai sekarang setelah mendengar tanggapan seperti itu, saya hanya tersenyum seraya menjawab, “Saya bahagia dengan keputusan saya karena mereka mendatangkan kebahagian buat saya.”

Banyak hal dalam hidup memang tidak mudah terpahami. Tidak perlu memaksa diri untuk menyetujui tindak serupa, memahami pun sudah lebih dari cukup. Memahami bahwa kata others dalam kalimat “Treat OTHERS like the way you want to be treated”, mencakup semesta dan segala isinya.

Secara khusus, individu yang mau mengorbankan hidup dan penghidupannya untuk kebahagian pihak lain patut diberi label Hero alias pahlawan. Individu seperti Alberthine Endah, Melanie Soebono, dan Doni Herdaru Tona, sama perkasanya seperti ksatria berbaju zirah, walaupun mereka tidak memiliki atribut dan kesaktian yang kasat mata. Atribut mereka tidak lebih dari keberanian dan kasih tulus yang bias mengatasi segala perkara.

Pertanyaan selanjutnya, “Apakah kita bisa menjadi seorang pahlawan seperti mereka?’ TENTU SAJA!!! (3 exclamation mark memarkahi keyakinan saya)

Di sela kesibukan keseharian, kita masih bisa, kok, menunjukkan bahwa kita peduli kepada sekitar, kepada hewan-hewan domestik pada khususnya, misalnya:
1.   Mengikuti kegiatan komunitas pencinta satwa.
2.   Mendonasikan sebagian uang dan (atau) tenaga, atau keahlian sekecil apapun ke pihak-pihak yang peduli pada satwa.
3.   Membagikan informasi-informasi penting terkait kesejahteraan dan keselamatan satwa (baca: membagi tautan mengenai hewan domestic yang siap adopsi, butuh bantuan materi untuk makan dan kebutuhan medis, dll).
4.   Membuka mata teman dan kerabat serta mengajak mereka untuk ikut peduli pada satwa, melalui diskusi ringan, tulisan lepas di blog, atau sekadar status (retweet) di media social yang sudah sedemikan mudahnya diakses di manapun, kapanpun.
5.   Mengisi tas kita dengan sejumput-dua jumput cat food dan (atau) dog food untuk dapat diberikan kepada sohib kaki empat yang kita jumpai.


Contoh-contoh di atas baru sebagian kecil hal yang bisa kita lakukan untuk jadi seorang pahlawan. Tidak sulit, kok, asalkan kita punya niat. Sepele di mata kita sebagai manusia, tapi besar dampaknya buat hidup sobat satwa kita, khususnya hewan domestik yang masih banyak berkeliaran dengan segala penolakan dan deraan hidup yang demikian keras. Usaha sekecil apapun bisa meringankan penderitaan mereka dan memberikan kondisi lingkungan yang sesuai buat mereka. Kesejahteraan yang saya maksud merupakan Animal welfare yang mencakup:: freedom from hunger and thirst, freedom from thermal and physical discomfort, freedom from injury, disease and pain, freedom to express most normal pattern of behavior, dan freedom from fear and distresss.

Sudahkah membawa kebahagian untuk sekitarmu?
Sudah jadi pahlawan?
Resapi, maknai.


posted under | 3 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

niken adiana wiradani soebarkah
perempuan sederhana yang masih selalu dalam proses belajar, dan sangat percaya akan kekuatan kasih.
Lihat profil lengkapku

Cari Blog Ini

Followers


Recent Comments