Takut Jauh

Saat daun terlepas dari rantingnya dan terhempas ke tanah, tak ada yang pernah bisa mendengar rintihannya.

Bisa jadi dia sebenarnya tersedu, tapi kita sudah terlalu kaprah menganggapnya sepoi angin yang merayu.

Saat gurat perak pergi meninggalkan ginuk ginuknya awan, tak ada yang pernah dapat melihat gisiknya.

Siapa yang tahu, kemasygulannya tertutup gelegar petir yang mencekam. 

Sampai tiba pada suatu tanya;

Seberapa jauh kata jauh menakutimu?

posted under | 0 Comments

ceracau kopi

Kuseduh kopi dengan gula dan dobel krim kesukaanmu 
Tutur demi tutur terlontar saling mengisi dinginnya malam, menyeracau tentang gemerincing dan juga kerontang 

Sudah larut, lelakiku.

Koyak pada sandang kita ku coba perbaiki dengan tisik-tisik yang kuharap bisa cukup mengurungkan niatmu untuk menutup setiap jendela saat dingin menyambangi.

Ada lubang di pintu rumah kita, kataku. 
Jika sempat, perbaikilah:
Supaya dingin yang membekukan rasa dan prana kita tidak mematikan.

Sudah dan sedang
Tunggu saja
Katamu 

Suatu masa akan kaulihat setiap lubang di rumah ini akan kuperbaiki supaya kau bisa terlelap dan kemudian terjaga lagi supaya kau bisa terus menisik, membuat selimut nyaman untuk kita. 

Terhenyak 
Saat itu semua meluncur lancar dari bibirmu 
Termangu; keterlibatan antara ragu, harap, dan jarak barangkali 


Sudah larut, habiskan kopimu. 

posted under | 0 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Followers


Recent Comments