Ketika Semuanya Tak Lagi Bercerita
Menistakan dan menyalahkan diri
Menistakan dan menyalahkan diri
Menggapai-gapai lengkungan hangat stupa yang kokoh dan arogan tidak membuat si kera lelah.
Mencungkil setiap tepian hasrat terpendam dalam pusaran rindu tak kan mampu dilakukannya
Serupa dengan merahnya kirmizi pada selendang perempuan tegas namun elegan, sejalan dengan putihnya salju terhampar saat musim dingin di belahan dunia yg tak pernah pula ia lihat.
Seperti itu. Bahkan mungkin lebih.
Stupa tak jua bicara, tak lagi bercerita.
Bersirobok dengan prana yang membuai, melantunkan irama merdu yang nampaknya mulai melunturkan kepekaannya yang semula gemilang.
Dia memilih mengenakan kuk itu dan memutuskan untuk menikmatinya walau kera menjadi seolah tak terindera.
matahari pagi ini belum mengeraskan kehadirannya,
ia masih menjalankan titah dengan rendah hati
kera buruk rupa termangu memikirkan dan mengingat kembali apa yang terdengar di telinganya saat pagi belum menyapa
seperti mimpi, seolah ingin menafikan apa yang telah terucap oleh keangkuhan stupa
langkah kakimu dilekati bayang kelam yang nyaris hitam pekat
sumpah serapah pagi tadi masih nyata di pelupuk mata
berat beban di pikirmu membuat lehermu tak kuasa mengangkat benda seberat bola bowling yang orang kenal dengan sebutan kepala.
ya, kepalamu.
Menekuk lutut tanda tak mampu menahan gemuruh seru yang menggerogoti kelapangan dada.
Menggayutkan asa menembus dinding keblangsakan prana.
Menggelar permadani yang tak pasti tak akan bisa membawaku terbang layaknya dongeng negeri seribu satu malam.
Prengus dan busuk dunia mengrenyitkan setiap dahi makhluk yang mencium aromanya, walau enggan mengakuinya.
Terperangah akan setiap kejutan tak menyenangkan yang sejatinya merupakan susunan kebodohan demi kebodohan yang meninggi dengan sendririnya.
Apa yang dicari ku tak tahu.
Lengkung dahan berayun perlahan mengelangutkan suasana yang sudah bertahun tak lagi terang.
Lambaian daunnya menimbulkan berjuta tanya, sampai kapan sang Maha sanggup menjadi pemelihara semesta yang tak lagi mengirimkan puji dan sembah padanya.
Suksma bergetar mengindera setiap rasa pahit-getir yang mengalahkan pahit-getirnya empedu mana pun yang pernah ada.
Tersungkur dan tak berdaya, adanya ku tak bisa lepas dariMu. Tak kan bisa lepas dariMu.
Recent Comments