Seklumit Tanya
Yhi-or, maka terangpun jadi
Nanti, tak berapa lama berselang, sore akan tiba
Semoga savana magenta tak akan silap pandang
Sore, pamitnya mentari pada hari, barangkali
Si kera terkekeh ketika menyadari bahwa dia sedang menyusun tembok kebodohan
Tembok yang terususun atas satu bata kebodohan demi bata kebodohan lainnya
Si kera semakin terbahak ketika menyadari bahwa dirinya pun sedang dan masih dikelilingi oleh nuansa magenta majestic yang semakin membodohinya
Pilihankah ini? Mungkin iya, mungkin pula tidak
Toh, savana magenta ini masih cukup luas untuk bisa menerima permainan ketidakwarasanku, demikian pikir si kera
Sedekap penuh ketakutan dan sebongkah rasa tak pantas masih digendongnya, ke mana pun ia pergi
Tak perlu heran, nampaknya ia memang terlahir dengan kedua hal itu sehingga bahunya selalu terlihat lelah
Masih dengan secarik kertas lusuh yang melekat pada telapak tangannya yang kasar namun hangat, si kera menaiki setiap bukit yang dia temui
Bukit berpasir atau berumput halus selalu meninggalkan kesan tersendiri di benaknya yang selalu ingin memeluk erat asa savana magenta
Secarik kertas lusuh bertuliskan "jalma sulaksana" yang memberi kuasa dalam dirinya untuk memberi, memberi, memberi, dan terus memberi.
Secarik kertas itu pula yang terus membuatnya ingin memurnakan dan sampai pada suatu prana keikhlasan yang cenderung utopis dan tak akan pernah maujud di kefanaan semesta
Magenta, akan kuajak kau merapalkan tulisan pada secarik kertas ini
Akan kuajak kau mengitari mengelilingi labirin dalam labirin yang telah kubuat
Suatu hari nanti akan jua kau sadari bahwa kau adalah bagian dari labirin labirin kebodohanku
Siapkan dirimu, karena waktu yang kumaksud akan segera tiba, tanpa bisa kau hindari
Sampai nanti tiba waktunya, mari terbahak
teringat ujaran seorang kawan
bahwa segala sesuatunya bisa disederhanakan
buat si kera, mencoba memahami savana magenta yang menggelepar gersang di depan pandangnya tak bisa jadi sederhana
mengais setiap inci tanahnya seperti percuma
malam berganti pagi menjadi siang berubah menjadi sore sampai malam datang menyerobok pun belum bisa menyederhanakannya
pagi tadi mampir sebuah tanya, mengapa jua masih hidup dan masih mau menembus pusaran di tengah yang tiada bermuara itu?
jawab si kera, tak tahu dan tak mau mencari jawabnya
yang dia tahu, penyederhanaan akan savana magenta yang tiada indahnya itu HARUS dilakukan
menggeliat pelan pertanda masih menghirup udara kehidupan
benar atau tidaknya usaha penyederhanaan ini lebih baik tidak dicari jawabnya, batin si kera
sampai nanti dia tiba di sebuah persimpangan yang menyajikan pilihan-pilihan yang laknat, si kera akan terus berusaha
menyederhanakan savana magenta yang menyeringai tanpa makna
sesederhana itu
prasaja saja
berkayuh tanpa arah memang meletihkan
apa lacur jika sudah siap tanggung rugi sedari awal
suara pilu malam menebalkan keabuannya
sudah sepantasnya jika kerak nestapa dunia makin terdengar meringkih di bawah langit
semua letih mengayuh
titik yang berpusar di tengah savana bernuansa magenta menggontaikan langkah berat si kera buruk rupa
mengerenyitkan dahi nampaknya tak bisa dihindari
melulu tanpa ampun, si kera tertatih menapaki licinnya dasar yang dia pijak
kukuhkan teguhkan pijakanmu, kera
demikian sang nestapa berbisik. ini baru permulaan, katanya lagi
mengayuh atau bergelimpangan uzur termakan waktu
definisi kabur akan semua yang terjadi sudah jadi penunjuk arah yang membuat kera memutuskan untuk mengayuh dan mengayuh
demi apa dan siapa? tak akan terjawab
sampai purnama telah menjadi pucat pasi? tak ada yang bisa menyahut, memberi kepastian
sedari awal sudah ditetapkan, entah oleh kekuatan apa, bahwa kera harus siap dengan segala rasa mual yang hinggap di lambungnya
dan sekali lagi, warna sore mengejek dengan warna kebanggaannya, warna kerinduan
Recent Comments