Saville-Troike vs Littlejohn

Uraian Saville-Troike mengenai komunikasi etnografi, dalam tulisannya yang berjudul Basic Terms, Concepts and Issues, dalam buku The Ethnography of Communication (1990), hampir sama dengan uraian Littlejohn, dalam tulisannya yang berjudul Theories of Experience and Interpretation, dalam buku berjudul Theories of Human Communication. Jadi dapat dikatakan bahwa uraian Saville-Troike mengenai komunikasi etnografi termasuk ke dalam kelompok teori pengalaman dan interpretasi dari perspektif Littlejohn.
             Komunikasi yang dikemukakan Littlejohn dalam tulisannya berkaitan dengan teori-teori tentang pengalaman dan pemahaman. Asumsi inti yang melandasi teori tersebut adalah bahwa manusia secara aktif menginterpretasi pengalaman mereka dengan memberikan makna terhadap apa yang mereka lihat. Interpretasi dikenal juga sebagai verstehen (understanding), istilah dalam bahasa Jerman, yaitu proses pemberian makna aktif terhadap apa yang kita amati. teori-teori tentang pengalaman dan pemahaman yang dimaksud antara lain adalah: 1. Fenomenologi; kajian terhadap pengetahuan yang datang melalui kesadaran, yaitu cara kita memahami objek dan peristiwa melalui pengalaman secara sadar. 2. Hermeneutika; kajian tentang pemahaman, dan lebih khusus pada interpretasi tindakan dan teks. Tokoh-tokoh yang berperan dalam hermeunitik seperti Paul Ricoeur, Stanley Fish, Hans-Georg Gadamer. 3. Interpretasi Kebudayaan Istilah lain bagi interpretasi kebudayaan adalah etnografi (etnography). Clifford Geertz menyebut interpretasi kebudayaan sebagai thick description, yaitu interpretasi kebudayaan dari sudut pelaku asli budayanya, dan membedakannya dari thin description, yaitu upaya interpretasi kebudayaan yang semata-mata mendeskripsikan pola tingkah laku berdasarkan sudut pandang yang hanya sedikit memiliki kesamaan dengan pelaku asli budayanya. Lebih jauh, Donald Carbaugh dan Sally Hasting menyebut empat proses yang terjadi dalam etnografi, meliputi: pertama, mengembangkan dasar orientasi terhadap budaya dan manifestasi budaya yang akan diteliti; kedua, mendefinisikan kategori aktivitas yang akan diteliti; ketiga, merancang teori yang bersifat spesifik demi kepentingan penelitian; dan keempat, mengaplikasikan teori dan, selanjutnya, mengujinya pada kasus tertentu.Menurut Hymes linguistik formal tidak akan mampu memahami bahasa secara utuh, sebab ia mengabaikan kenyataan bahasa dalam penggunaannya sehari-hari. Ia selanjutnya menyebut sembilan kategori yang dapat digunakan untuk membandingkan perbedaan antarbudaya, yaitu: (1) cara bertutur (ways of speaking) atau pola komunikasi; (2) kefasihan ideal penutur (ideal of the fluent speaker); (3) komunitas wicara (speech community); (4) situasi wicara (speech situation); (5) tindak tutur (speech act); (6) komponen tindak tutur; (7) peristiwa wicara (speech event); (8) kaidah bertutur dalam komunitas; dan (9) fungsi wicara dalam komunitas.
Berdasarkan pendapat Carbaugh, etnografi komunikasi setidaknya mengkaji tiga masalah, yaitu pertama, mengungkap identitas bersama (shared identity) komunitas yang tercipta melalui komunikasi; kedua, mengungkap makna bersama (shared meaning) bagi prestasi publik yang terlihat dalam kelompok; dan ketiga, mengeksplorasi kotradiksi dalam kelompok. Dalam uraian mengnei komunikasi etnografi, Littlejohn juga memasukkan uraian mengenai Performance Etnography; Etnografi tampilan budaya sangat berguna bagi bidang komunikasi, sebab komunikasi sering kali dipahami sebagai tampilan. Kebudayaan dalam Organisasi Organisasi, yang dapat dilihat sebagai cara hidup anggotanya, menciptakan juga realitas yang dimiliki bersama yang berbeda dari kebudayaan lain melalui interaksi para anggotanya. Sebab, tindakan yang mengarah pada tujuan (task-oriented action) tidak dipahami langsung secara objektif, melainkan melalui penguatan cara-cara tertentu yang secara sadar diperoleh dengan memahami pengalaman. Kajian Media Interpretif James Lull menyebut bidang ini dengan nama etnografi komunikasi masa (etnography of mass communication). Sebuah masyarakat interpretif ini akan mengembangkan sendiri pola konsumsinya, yaitu pemahaman umum tentang isi dari apa yang mereka lihat, dengar, baca, dan saksikan yang membentuk hasil yang juga dimiliki bersama.
            Littlejohn menggunakan teori Hymes untuk memberi penekanan pada perbedaan budaya yang ada di dunia, yang mempengaruhi bahasanya pula. Sedangkan Saville-Troike tidak demikian. Saville-Troike lebih menekankan teori Hymes untuk analisis praktik komunikasi dalam rangka memahami budaya suatu masyarakat.

Pustaka Acuan
Littlejohn, Stephen W,. 2002. Theories of Human Communication (edisi ketujuh). Belmont: Thomson Learning. Hal. 184-202
Saville-Troike, Muriel. 1990. The Etnography of Communication: An Introduction. Massachussetts: Basil Blackwell, Ltd. Hal 10-45

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

niken adiana wiradani soebarkah
perempuan sederhana yang masih selalu dalam proses belajar, dan sangat percaya akan kekuatan kasih.
Lihat profil lengkapku

Cari Blog Ini

Followers


Recent Comments