Metafora; Perluasan dan Pemindahan Makna yang Berkaitan Erat dengan Budaya

Menurut George Lakoff dan Mark Johnson dalam Metaphor We Live By (1980), metafora adalah pemahaman dan pengalaman mengenai sebuah hal melalui sesuatu hal yang lain. Jadi seseorang memahami dan merasakan sesuatu yang baru melalui pemahamannya atas hal lain yang telah ia kenal sebelumnya.
            Lebih lanjut, Lakoff dan Johnson juga menyatakan bahwa pengalaman yang dialami setiap individu bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir pada setiap pengalaman manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan Johnson memberi penekanan pada pernyataannya, bahwa analisis terhadap metafora tidak hanya menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi budaya atas suatu realitas, karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki manusia secara fundamental sudah metaforis.
            Dapat dikatakan bahwa struktur dasar metafora terdiri atas dua bagian, yaitu (1) hal yang dibicarakan (maksud) dan (2) hal yang dibandingkan/diumpamakan (sebagai wahananya). Kesamaan ciri yang dimiliki oleh kedua hal tersebut merupakan dasar dari metafora. Misalnya pada contoh metafora “waktu adalah uang”, dasarnya adalah kesamaan ciri (komponen makna) yang dimiliki waktu dan uang, yaitu, antara lain, sebagai komoditas yang berharga, dan harus digunakan secara bijaksana. Perlu diingat, berkaitan dengan yang telah diuraikan sebelumnya, dasar dari metafora (kesamaan ciri/komponen makna yang dimiliki oleh kedua elemen dalam metafora) sangat erat kaitannya dengan budaya masyarakat penggunanya.
            Contoh metafora yang kerap ditemukan dalam bahasa Inggris adalah metafora yang membandingkan tindakan/keadaan yang dipandang positif dengan terma “up, high, top, rise” dan tindakan/keadaan yang dipandang negatif dengan terma “down, low, sank, declining, fell, bottom, stoop”, seperti You’re in a high spirits, he’s feeling low today, dst. Selain itu juga kerap ditemukan metafora lineal/langsung untuk menggambarkan suatu kejadian atau keadaan, seperti keep someone in line, straighten up!, straight to the point, wandering from the path, talking around an issue, beating around the bush, dst. Konstruksi metafora lain adalah penggunaan imaji wadah/tempat untuk melukiskan entitas atau proses nonfisik; entitas nonkonkret/nonfisik seolah-olah menjadi sesuatu yang berkaitan dengan sesuatu yang fisikal, khususnya ruang. Contohnya dapat dilihat pada penggunaan preposisi lokatif seperti pada He’s out of his mind, they’re in love, dst. Jenis metafora yang ditemukan hampir pada setiap bahasa adalah jenis personifikasi; membandingkan entitas yang tidak hidup dengan kualitas yang dimiliki oleh makhluk hidup, seperti anxiety is killing him, high prices are eating up  my paycheck, dst.
            Bentuk perbandingan lain, yang mirip dengan metafora adalah metonimi. Berbeda dengan metafora yang cenderung memperluas makna, metonimi cenderung menyempitkannya, dengan menggantikan keberadaan suatu elemen dengan (1) sebagian dan bukan keseluruhan dari elemen lainnya, (2) pencipta/produsen dari sesuatu, dan (3) objek yang dipakai/dimiliki seseorang. Contohnya, this business needs some new blood, she likes to read Thomas Hardy, the ’54 Chevy lives around the corner.
            Metafora yang erat dengan hubungan kekerabatan/famili juga kerap ditemukan di berbagai daaerah; hal ini, sudah pasti, erat kaitannya dengan budaya daerah itu. Sebagai contoh, untuk menghormati orang yang lebih tua, seseorang tidak memanggil orang tersebut lansung dengan namanya melainkan dengan sebutan lain, menganggapnya sebagai bagian dari keluarganya, yaitu bapak, ibu, paman, bibi, kakak, adik, dst. Terma “ibu” dalam metafora juga dijumpai hampir pada setiap bahasa, misalnya dalam ibu pertiwi, mother nature, dll. Biasanya terma tersebut digunakan sebagai pembanding atas bumi, tanah, kesuburan, ternak, dan perihal agrikultural lainnya.
            Metafora lain yang kerap juga ditemukan pada hampir setiap bahasa adalah penggunaan bagian tubuh untuk menggambarkan tindakan/keadaaan atau untuk memberi label/nama pada objek-objek takhidup (perikutannya adalah personifikasi). Sebagai contoh dalam bahasa Inggris, let’s go to the heart of the matter, she’s willing to face her problem, i see what u mean, dst. Penggunaan secara luas dari metafora jenis seperti ini merupakan suatu bukti bahwa tubuh merupakan bagian yang menjadi perhatian penting manusia.       





Pustaka Acuan
Bonvillain, Nancy. 2003. Language, Culture, and Communication. Edisi keempat. New Jersey: Pearson Education, Inc.
           

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

niken adiana wiradani soebarkah
perempuan sederhana yang masih selalu dalam proses belajar, dan sangat percaya akan kekuatan kasih.
Lihat profil lengkapku

Cari Blog Ini

Followers


Recent Comments