Konseptualisasi Emosi Marah dalam Bahasa Inggris


Menurut John Lakkoff dan Zoltán Kövecses, terdapat sebuah organisasi konseptual yang koheren yang mendasari setiap ekspresi (yang pada dasarnya sudah bersifat metaforikal dan metonimikal). Berkaitan dengan hal itu, setiap ekspresi dapat mengindikasikan kehadiran emosi kemarahan melalui efek-efek fisiologis yang ditampilkan dalam ekpresi itu. Efek fisiologis yang dimaksud bisa dilihat pada contoh berikut, Billy is a hothead, He almost had a hemorrhage, He got red with anger, She was shaking with anger, I was so mad I can’t see straight.
Model kultural mengenai efek fisiologis seperti tadi, khususnya yang menekankan pada “suhu panas”, membentuk dasar bagi metafora yang paling general untuk mengungkapkan kemarahan, yaitu bahwa “kemarahan merupakan suhu panas”, yang kemudian dapat dibagi lagi menjadi dua versi, yaitu (1) suhu panas yang teraplikasi ke benda cair; “kemarahan merupakan suhu panas dari sebuah cairan dalam wadah” (dimotivasi oleh suhu panas dari cairan itu, tekanan internal yang dihasilkan cairan itu, dan pergolakan dalam cairan itu), (2) suhu panas yang teraplikasi ke benda padat; “kemarahan adalah api” (dimotivasi oleh suhu panas dan aspek kemerahan yang tercakup dalam efek fisiologis manusia).
Versi yang pertama, versi pengaplikasian ke benda cair, lebih banyak rinciannya dibandingkan versi yang kedua. Hal tersebut dapat terjadi karena setiap manusia dipastikan memiliki kerangka sistem konseptual yang mendasar, yaitu bahwa “tubuh manusia adalah wadah emosi” (misalnya, He was filled with anger, she couldn’t contain her joy, dst). Jadi dapat disimpulkan bahwa “kemarahan adalah suhu panas dari cairan yang berada dalam sebuah wadah”, contohnya, you make my blood boil, simmer down, let him stew, dst. Sebagai kontras dari metafora-metafora itu, muncullah metafora seperti keep cool, stay calm.
Metafora konseptual dapat produktif melalui dua cara, salah satunya secara leksikal; kata-kata dan ekspresi dapat menyandikan tingkatan metafora konseptual itu sendiri. Dengan kata lain kata-kata dan bentuk-bentuk ekspresi dapat merincikan metafora konseptual. Sebagai contoh, kata stew ‘merebus pelan-pelan’ dan simmer ‘mendidih secara perlahan’, dapat mengindikasikan periode dan intensitas kemarahan. Cara kedua adalah dengan cara mengalihkan rincian pengetahuan manusia berdasarkan pengalaman sehari-hari (source) ke ranah emosi, dalam hal ini rasa marah (target). Bentuk pengalihan itu dapat dirujuk sebagai perikutan metaforikal; sebagai bagian dari sistem konseptual manusia. Contoh dari perikutan yang dimaksud adalah sebagai berikut, prety soon I was in a towering rage, she got all stem up, I could barely keep it anymore, he managed to keep his anger bottled up  inside him, she blew up at me, she’s on a short fuse, she erupted, he hit the ceiling, his anger finally came out, smoke was pouring out of his ears, my mother will have a cow whe i tell her, dst.




Pustaka Acuan
Holland, Dorothy dan Naomi Quinn. 1987. Cultural Models in Language & Thought. Cambridge: Cambridge University Press.

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

niken adiana wiradani soebarkah
perempuan sederhana yang masih selalu dalam proses belajar, dan sangat percaya akan kekuatan kasih.
Lihat profil lengkapku

Cari Blog Ini

Followers


Recent Comments