Terkekeh dan Terbahak

Si kera terkekeh ketika menyadari bahwa dia sedang menyusun tembok kebodohan
Tembok yang terususun atas satu bata kebodohan demi bata kebodohan lainnya
Si kera semakin terbahak ketika menyadari bahwa dirinya pun sedang dan masih dikelilingi oleh nuansa magenta majestic yang semakin membodohinya
Pilihankah ini? Mungkin iya, mungkin pula tidak
Toh, savana magenta ini masih cukup luas untuk bisa menerima permainan ketidakwarasanku, demikian pikir si kera

Sedekap penuh ketakutan dan sebongkah rasa tak pantas masih digendongnya, ke mana pun ia pergi
Tak perlu heran, nampaknya ia memang terlahir dengan kedua hal itu sehingga bahunya selalu terlihat lelah
Masih dengan secarik kertas lusuh yang melekat pada telapak tangannya yang kasar namun hangat, si kera menaiki setiap bukit yang dia temui
Bukit berpasir atau berumput halus selalu meninggalkan kesan tersendiri di benaknya yang selalu ingin memeluk erat asa savana magenta

Secarik kertas lusuh bertuliskan "jalma sulaksana" yang memberi kuasa dalam dirinya untuk memberi, memberi, memberi, dan terus memberi.
Secarik kertas itu pula yang terus membuatnya ingin memurnakan dan sampai pada suatu prana keikhlasan yang cenderung utopis dan tak akan pernah maujud di kefanaan semesta

Magenta, akan kuajak kau merapalkan tulisan pada secarik kertas ini
Akan kuajak kau mengitari mengelilingi labirin dalam labirin yang telah kubuat

Suatu hari nanti akan jua kau sadari bahwa kau adalah bagian dari labirin labirin kebodohanku
Siapkan dirimu, karena waktu yang kumaksud akan segera tiba, tanpa bisa kau hindari
Sampai nanti tiba waktunya, mari terbahak

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

niken adiana wiradani soebarkah
perempuan sederhana yang masih selalu dalam proses belajar, dan sangat percaya akan kekuatan kasih.
Lihat profil lengkapku

Cari Blog Ini

Followers


Recent Comments