Sudut itu. Bukan sudut yang lain
Meninggalkanku tenggelam di samudera tanpa batas.
Ya, itulah yang kau lakukan.
Kau menghilang begitu saja meninggalkan luka menganga yang tak kunjung kering sampai sekarang.
Sisi hatimu yang dulu kau tawarkan sebagai tempat untukku berlindung dan mengadu sudah raib,
entah ke mana.
entah ke mana.
Kekelaman menyambangi.
Di sudut undak-undakan itu,
Masih tinggal bayang-bayangmu
Bayang-bayangku,
bayang-bayang kita.
bayang-bayang kita.
Saat mimpi dan harapan tak lagi tabu,
Saat itulah kedua jiwa kita menyatu
Candra demi wulan demi badra demi tengsu...
Riak-riak kecil, riak-riak besar
Kita lalui dengan senyuman
Candamu yang nakal dan jahil, yang tak pernah gagal ceriakan hariku,
menjadi tamu tetap di sudut yang sekarang tengah merindukan kehadiran kita berdua.
Kekasih, setiap anak tangga di sudut itu merindukan kehangatan prana kita,
merindukan tawa tangis yang sahut menyahut di sana.
Dia mengiba penuh harap.
Mencoba menjelma kembali menjadi dirimu yang dulu, sepertinya kau tak mau, tak sudi,
Tak berkenan.
Namun sudahlah, sayang.
Asalkan ketulusan sudut itu tak pernah ternodai oleh ketajaman takrirmu.
You said that i should move on,
But tell me, where should i go?
I guess, second best is all i will know.
0 komentar:
Posting Komentar