Variasi Bahasa yang Terkait dengan Usia

Tiga macam pemarkah variasi bahasa yang terkait dengan usia, anatara lain: (1) pemarkah yang memberikan informasi mengenai penutur, (2) pemarkah yang memberikan informasi mengenai mitra tutur (penerima pesan), dan (3) pemarkah yang memberikan informasi mengenai hubungan-peran antara keduanya, yang dipengaruhi oleh usia mereka.

Pemarkah yang terkait dengan anak kecil sebagai penutur, misalnya, biasanya dihubungkan dengan tahap dan proses pemerolehan bahasa mereka. Sedangkan hal yang kerap berhubungan dengan anak kecil sebagai mitra tutur adalah suatu bentuk modifikasi bahasa yang dilakukan orang dewasa ketika mereka berbicara dengan anak-anak. Bentuk modifikasi yang dinamakan baby talk ini bukanlah imitasi langsung dari bentuk bahasa anak. Ferguson (1964) mencatat kemiripan fitur karakteristik baby talk  yang ditemukan di 15 bahasa, yaitu mencakup reduksi pada fonologi khususnya, substitusi, asimilasi, dan generalisasi, repetisi kata, frase, dan kalimat, kontur intonasi yang dilebih-lebihkan dan artikulasi yang dibuat-buat, tiruan kecil dari afiks, serta pola titinada yang tinggi. Baby talk kerap diasosiasikan dengan hubungan-peran pengurus/penjaga, dan memakahi jenis hubungan ini bahkan jika peserta tutur bukanlah orang dewasa dan atau anak kecil.

Penelitian etnografis lainnya berfokus pada bentuk dan pola komunikasi yang terkait dengan identitas kelompok. Hal ini mencakup studi terhadap remaja dan sesepuh perempuan. Sesepuh perempuan dalam suatu masyarakat dimungkinkan mendapatkan status dan rasa hormat yang tinggi, atau mungkin dianggap kurang kompeten. Silverman dan Maxwell (1978) mencatat bahwa bentuk-bentuk penyampaian sikap terhadap usia tertentu, secara umum ditandai secara spasila/ruang, victual (pemberian pilihan makanan tertentu), linguistis (bentuk honorifik), presentasional (postur tertentu atau reaksi kehadiran mereka), servis (bentuk layanan), presentatif (pemberian hadiah, lagu kehormatan), dan perayaan (bentuk upacara kehormatan).

Sementara itu, sikap kurang menghormati sesepuh biasanya ditunjukkan dalam bentuk bicara dengan volume keras dan tempo lambat, menganggap bahwa sesepuh kurang pendengarannya, atau memperlakukan sesepuh seakan mereka adalah individu yang harus senantiasa dijaga/diasuh, layaknya anak kecil, sehingga intonasi tuturan yang ditujukan kepada sesepuh adalah intonasi yang digunakan jika berbicara kepada anak kecil.

Beberapa pemarkah tuturan yang terkait dengan usia bisa saja merupakan hasil dari perubahan bahasa dan budaya. Sebagai contoh, hal ini dapat dilihat dari diksi seperti ice box alih-alih refrigerator, atau negro alih-alih african american, yang merefleksikan perubahan penggunaan bahasa.


Pustaka Acuan
Saville Troike, Muriel. 2003. The Ethnography of Communication: An Introduction, 3rd ed. Oxford: B;ackwell Publishing Ltd.
   

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

niken adiana wiradani soebarkah
perempuan sederhana yang masih selalu dalam proses belajar, dan sangat percaya akan kekuatan kasih.
Lihat profil lengkapku

Cari Blog Ini

Followers


Recent Comments